Kamis, 05 Januari 2012

MENYATUKAN TIGA SISTEM DALAM SATU KEPENTINGAN


Oleh: Nyoman Marpa



Beberapa hari yang lalu, seorang teman baik, seorang Chief Executive officer (CEO) sebuah perusahaan asing yang ada Indonesia, memberikan pesan singkat berbunyi: “in the 21th  century, all companies are service company and the service resources are people, people…and people”. Pesan singkat itu bermakna sangat dalam, mengingatkan kembali betapa pentingnya unsur manusia bagi sebuah organisasi bisnis, yang akhir-akhir ini mereka tidak lagi menyebutnya  human resources melainkan human capital. Menegaskan bahwa manusia adalah modal utama bagi sebuah organisasi bisnis.

Sebagai pemerhati perusahaan keluarga, penulis memandang sumber daya manusia atau yang tadi disebut sebagai human capital memiliki dua sisi mata. Pertama, tentu saja, tidak diragukan lagi, bahwa manusia adalah penggerak utama jalannya perusahaan. Kedua, manusia dengan perbedaan latar belakang, kepentingan, status sosial, serta perbedaan peran, yang berkumpul dalam satu organisasi, memiliki potensi memunculkan adanya konflik-konflik kepentingan.

Tanpa kita sadari, bagi perusahaan keluarga (family business), konflik kepentingan ini bisa menjadi lebih kompleks. Hal ini sejalan dengan konsep behavioral theory of the firm, yang mengatakan bahwa perusahaan merupakan sekumpulan pihak yang berkontribusi dimana masing-masing elemen memiliki kepentingannya sendiri-sendiri. Maka akan semakin kompleks unsur manusia di dalamnya, semakin besar pula kemungkinan terjadi benturan-benturan kepentingan.

Tiga sistem inti
Untuk lebih menyederhanakan, para ahli manajemen perusahaan keluarga seperti Ernesto J. Poza, John L. Ward, Gerard Le Van, dan yang lainnya, memandang perusahaan dalam tiga kelompok yang saling berhubungan  yang mereka sebut dengan the three circle model of family business.

Ketiga kelompok ini saling berinteraksi, berkontribusi dan saling bersinggunan, yang berisikan: unsur keluarga, unsur bisnis dan unsur kepemilikan. Masing-masing unsur memiliki sistem dan tatanan tersendiri. Oleh karenanya di dalam perusahaan keluarga ada tiga sistem inti yang harus dipahami dan dikelola dengan baik yakni sistem keluarga (family system), sistem bisnis (business system) dan sistem kepemilikan (ownership system).

Memadukan tiga sistem yang saling berbeda, baik dari cara pandang maupun ukuran-ukurannya bukanlah hal yang mudah. Rasional dan outward looking yang menjadi tatanan dasar pada sistem bisnis berpadu dengan irasionalitas dan inward looking yang menjadi dasar dari sitem keluarga, time horizon yang menjadi dasar sistem kepemilikan berpadu dengan perpetualitas yang dimiliki oleh sistem keluarga dan bisnis. Ukuran-ukuran moneter (monetary measurement) berpadu dengan ukuran-ukuran yang lebih bertumpu perasaan dan lain sebagainya,  seringkali bercampur baur dalam satu wilayah dan rentang waktu yang sama, yang oleh Quentin J. Fleming dikenal dengan wilayah pertempuran hidup atau mati atau zone of mortal combat.

Dinamakan zone of mortal combat dikarenakan setiap pimpinan perusahaan keluarga atau siapapun berperan di dalam pengelolaan perusahaan dituntut untuk dapat menaklukkannya (dalam kata lain mengelolanya), apabila tidak ingin perusahaan jatuh. Kepiawaian mengelolanya adalah satu keharusan.

Penulis adalah Chairman the Center for Family Business Studies

1 komentar: